Perkembangan infrastruktur pariwisata Bali semakin pesat, khususnya di bidang transportasi. Upaya sedang dilakukan untuk memperkenalkan jalur bus baru, sistem trem, jaringan kereta api, dan bandara internasional baru. Selain itu, pengembang pariwisata sedang menjajaki kelayakan bandara terapung dan perjalanan pesawat amfibi di sepanjang garis pantai pulau tersebut.


Kementerian Perhubungan Indonesia sedang mempertimbangkan pembentukan bandara terapung sebagai pusat transportasi alternatif di Bali dan tujuan wisata utama lainnya di seluruh negeri. Kepala Badan Kebijakan Kementerian Perhubungan Robby Kurniawan menyoroti potensi besar bandara terapung dalam meningkatkan konektivitas antar berbagai provinsi dan kota di Indonesia, termasuk Bali.


“Beroperasinya bandara terapung untuk pesawat amfibi di negara kepulauan seperti Indonesia hanya dapat meningkatkan konektivitas wilayah-wilayah di Indonesia dalam menarik wisatawan,” kata Kurniawan.


Ia juga menyatakan bahwa tujuan perjalanan berbasis air sangat menarik di Indonesia dan bandara terapung akan meningkatkan pariwisata di daerah-daerah 'terdepan, terluar, dan tertinggal'.


Kurniawan dan timnya telah melakukan analisis kebijakan dan studi kelayakan, dengan rencana untuk mengembangkan proyek percontohan di Bali bagian selatan. Studi yang dilakukan bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung ini mengidentifikasi Bali sebagai lokasi ideal untuk proyek percontohan karena tingginya kunjungan wisatawan.


Pangsa pasar Bali yang mapan di bidang penerbangan, termasuk layanan penyewaan helikopter yang berkembang dengan baik, menjadikan pesawat amfibi sebagai alternatif yang layak. Uji coba awal pesawat amfibi dilakukan di Pantai Mertasari dekat Sanur, dengan tujuan menjadikan kawasan tersebut sebagai hub pesawat amfibi pertama di Indonesia yang terhubung dengan lokasi potensial lainnya.


Sementara itu, proyek Bandara Internasional Bali Utara juga mengalami kemajuan meski sebelumnya sempat tertunda. Menghidupkan kembali proyek ini merupakan janji kampanye utama presiden baru, Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya memiliki bandara alternatif selain Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai untuk tujuan keamanan dan pembangunan. Subianto menganjurkan agar bandara dikembangkan dengan menghormati budaya Bali, dengan bangunan yang mencerminkan ciri khas Bali.


Bandara Internasional Bali Utara rencananya akan dibangun di atas tanah reklamasi lepas pantai di Kubutambahan, sekitar 40 menit dari Lovina dan 90 menit dari Amed. Pengembangnya, BIBU Panji Sakti, menargetkan bandara ini bisa melayani 50 juta penumpang. Bandara yang diusulkan akan memiliki luas sekitar 600 hektar, memiliki dua landasan pacu paralel, bangunan terminal penumpang modern, dan fasilitas lainnya, dengan lokasi yang dipilih untuk meminimalkan gangguan terhadap penduduk, kuil, tempat suci, dan lahan produktif.


Bagaimana Bandara Terapung Akan Mempengaruhi Pariwisata Bali

Potensi pengenalan bandara terapung di Bali akan merevolusi lanskap pariwisata pulau tersebut. Dengan meningkatkan konektivitas, pusat transportasi inovatif ini dapat memberikan pengalaman perjalanan yang lancar bagi wisatawan, khususnya mereka yang mengunjungi daerah terpencil. Meningkatnya kemudahan akses kemungkinan akan menarik lebih banyak pengunjung, sehingga mendorong pertumbuhan industri pariwisata Bali.


Bandara terapung tidak hanya akan meningkatkan konektivitas antara Bali dan wilayah Indonesia lainnya tetapi juga menawarkan akses langsung ke berbagai destinasi pesisir dan pulau. Perkembangan ini dapat memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk menjelajahi beragam atraksi pulau ini, mulai dari pantainya yang menakjubkan hingga situs warisan budaya. Akibatnya, hal ini dapat menyebabkan peningkatan permintaan properti dijual di Bali, karena semakin banyak orang yang ingin berinvestasi di rumah liburan atau properti sewaan.


Selain itu, pengembangan bandara terapung sejalan dengan upaya berkelanjutan Bali untuk meningkatkan pariwisata berkelanjutan. Dengan mengurangi tekanan pada infrastruktur yang ada, seperti jalan raya dan bandara tradisional, pusat-pusat ini dapat membantu mengurangi kemacetan dan meminimalkan dampak pariwisata terhadap lingkungan. Keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan sangat penting untuk menjaga daya tarik Bali sebagai tujuan wisata utama.


Pengenalan pesawat amfibi dan bandara terapung juga bisa menciptakan hal baru peluang untuk real estat Bali untuk dijual. Peningkatan aksesibilitas ke berbagai wilayah di pulau ini dapat mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah yang sebelumnya belum berkembang, menjadikannya pilihan yang menarik untuk investasi real estate. Investor mungkin menemukan peluang yang menguntungkan di wilayah yang dulunya dianggap terlalu terpencil atau sulit dijangkau.