Pariwisata di Bali berkembang pesat, tetapi berdampak buruk pada lingkungan. Sawah digantikan oleh kompleks vila, dan area di tepi tebing berubah menjadi resor. Perubahan cepat ini tidak hanya mengubah lanskap tetapi juga memengaruhi kehidupan penduduk setempat dan satwa liar.


Spesies yang paling terdampak adalah monyet, khususnya monyet berjenis makaka yang terkenal di Uluwatu. Perluasan pariwisata telah menyebabkan proyek pembangunan yang mengganggu habitat alami mereka. Buldoser meratakan tanah, menggusur hewan-hewan ini, dan, dalam beberapa kasus, menghancurkan seluruh rumah mereka.


Tio Russ, seorang advokat kesejahteraan hewan terkemuka di Bali, telah membagikan video tentang upayanya untuk mendukung monyet-monyet yang terlantar. Ia, bersama timnya, kini membantu memberi makan sepuluh kawanan monyet di daerah Bukit, tempat pohon-pohon bersarang hewan-hewan tersebut telah hilang karena pengembangan pariwisata.


Russ, dalam salah satu unggahannya di media sosial, terlihat menyediakan makanan bagi monyet-monyet liar ini. Ia telah mengirimkan sekitar 150 kg singkong (dikenal dengan sebutan bongkwong), 15 karung pisang, dan 15 kg kacang tanah. Russ juga menghimbau masyarakat untuk menyumbangkan sisa buah-buahan guna mengurangi sampah dan mendukung satwa liar.

Meskipun memberi makan hewan liar sering menimbulkan kekhawatiran, para pendukung seperti Russ merasa bertanggung jawab untuk merawat satwa liar yang telah menderita kerusakan habitat. Mereka berpendapat bahwa jika monyet tidak didukung, mereka akan dipaksa mencari makanan di masyarakat setempat, yang berpotensi menimbulkan lebih banyak masalah.

Warga Lokal Sependapat dengan Russ

Banyak penduduk setempat dan pemimpin di Bali juga khawatir tentang konsekuensi jangka panjang dari pembangunan yang tidak terkendali ini. Lahan pertanian dan lanskap alam diubah menjadi properti komersial dan pariwisata tanpa studi dampak lingkungan yang memadai. Mereka khawatir proyek-proyek ini akan berdampak jangka panjang pada ekosistem dan masyarakat.


RUU baru akan melarang pembangunan pariwisata di beberapa wilayah Bali Selatan. Namun, banyak yang merasa mungkin sudah terlambat, karena banyak hotel, resor, dan vila yang sudah dibangun. Moratorium ini akan mencegah proyek baru, tetapi tidak akan menghentikan proyek yang sudah disetujui.


Evgeny Obolentsev, General Manager Nanau Property Group, mencatat meningkatnya permintaan perjalanan di Bali, yang terus mendorong minat dari pengembang properti. Daerah seperti Seseh, Kedungu, dan Cemagi diperkirakan akan menjadi populer di kalangan pengembang, setelah sebelumnya berfokus pada tempat-tempat seperti Canggu dan Uluwatu.


Obolentsev menyoroti perlunya pendekatan pembangunan yang berimbang dan berkelanjutan, di mana Bali tetap menjadi tujuan wisata tanpa mengorbankan lingkungan atau budayanya. Ia menekankan pentingnya pembangunan yang bertanggung jawab, memastikan bahwa alam dan budaya dilestarikan sebagai bagian dari proyek-proyek mendatang.